radarcom.id – Kota yang menjadi pusat pemerintahan Provinsi Lampung dan salah satu kota penting dan Kota tertua yang terdapat di wilayah Lampung pada masa kolonial adalah Teluk Betung. Kota Teluk Betung merupakan pusat dari seluruh aktivitas ekonomi di wilayah Lampung. Di samping itu Kota Teluk Betung juga merupakan ibu kota Karesidenan Lampung sejak berakhirnya perang Lampung pada tahun 1857.
Sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan aktivitas kehidupan masyarakat tentunya kota ini memiliki makna penting dalam alur sejarah perkembangan wilayah Lampung. Perkembangan Kota Teluk Betung pada masa lampau serta pengaruh Pelabuhan Teluk Betung bagi pertumbuhan ekonomi dan perdagangan pada periode 1857 hingga 1930. (G. Andika A.,dkk dalam Admin_BPK_Wil_IX April 13, 2018) sangat menarik untuk tidak hanya menjadi kota kenangan yang terlupakan disebabkan saat ini sudah banyak orang yang tidak tau akan sejarah perkembangan kota tua Teluk Betung Provinsi Lampung.
Banyak bukti peninggalan Kota Tua Teluk Betung antara lain rumah adat yang sudah dibangun sejak abad ke 16 Masehi yaitu Rumah Adat Kebandaran Marga Balak yang disebut Lamban Dalom yang masih ditempati hingga kini oleh M. Yusuf Erdiansyah Putra gelar Gusti Pangeran Igama Ratu Ke 17, Gunti Pangeran adalah gelar tertinggi dari seorang pangeran. Pimpinan adat pada waktu itu adalah sebagai kepala pemerintahan dan rumah adat sebagai tempat tinggal pimpinan adat sekaligus di gunakan untuk kegiatan adat, rapat/mufakat adat dll. Wilayah adat Teluk Betung yang beribukota di Negeri Olok Gading terdiri dari kebandaran Marga Balak (Besar) yang wilayahnya adalah Sukadanaham, Simpur, Tarahan, Lempasing yang saat ini masuk menjadi bagian dari Kota Bandar Lampung.
Selain Kebandaran Marga Balak yang menjadi cikal bakal dari kota Tua Teluk Betung juga ada Kebandaran Marga Lunik (Kecil) di Kota Karang dan Kebandaran Bumi Waras yang wilayahnya hanya sekitaran Bumi Waras, serta ada juga Lamban Balak dengan pimpinan adat yaitu Johan Purba Syahputra, S.E. dengan gelar Pangeran Jaya Negara ke 9.
Leluhur dari Gusti Pangeran M Yusuf Endriansyah Putra turunan yang ke 17 adalah tokoh adat yang menempati wilayah Teluk Betung, menurut Ibu Ratu Erdalia Muchtar (Ratu Berlian) bahwa leluhur mereka terhubung ke Minak Patih Prajurit dari Kerajaan Tulang Bawang yang berasal dari Pagarruyung, suatu ketika ada tamu dari Pagarruyung datang ke Lamban Dalom untuk memastikan saudara mereka yang telah hijrah ke Lampung, orang tersebut dipersilahkan masuk oleh ibu Ratu namun tidak berkenan masuk dan merasa cukup senang dan takjub melihat Lamban Dalom dia cukup melihat dari halaman dan setelah itu pergi, juga menurut pangeran leluhur mereka jika dirunut ke atasnya umumnya bergelar Ratu.
Begitu juga Johan Purba Syahputra gelar pangeran Jaya Negara, turunan yang ke 9 leluhur mereka dari Klan Runjung berasal dari Bengkunat Pesisir Barat dan disana juga telah mempunyai 9 keturunan sebelum pindah ke Teluk Betung, Ibrahim gelar Raja Pemuka generasi ke enam dari turunan Batin Pemuka Pesirah Alam I, pimpinan adat marga Bengkunat Pesisir Selatan Krui yang mulanya dari Pagarruyung Padang Darat.
Dilihat dari pimpinan adat yang ada di Teluk Betung terhubung ke Pagarruyung adalah merupakan berperadaban matrilineal atau maya (Mahat), sementara disisi lain ada peradaban Laya (Lahat) dengan sistem patrilineal yang merupakan cikal bakal dari peradaban Malaya/Melayu Dunia. Teluk Betung salah satu hilir atau puncak dari Malaya/Melayu tersebut ini bisa dilihat dari kerabat dekat Gusti Pangeran M.Yusuf adalah Andi Wijaya yang bergelar Layang Batin, maka layak Kota Tua Teluk Betung dijadikan Malay window to the world atau jendela Melayu Dunia.
Selain Pimpinan adat dan rumah adat yang tegak berdiri masih banyak tinggalan lainnya di Teluk Betung, antara lain: ruko-ruko tua, dermaga tua, kantor Residen Lampung, pemakaman keramat, Masjid Tua, Klenteng megah warga Tionghoa dari tahun 1850 M, juga tinggalan yang tidak bergerak, yaitu masyarakat Teluk Betung menggunakan budaya dan bahasa Lampung dalam kesehariannya, ada sanggar bela diri serta masyarakatnya yang heterogen sangat menarik untuk datang ke Teluk Betung sekaligus dijadikan Museum Alam bagi pelestarian dan perkembangan budaya Lampung. Rencananya akan diadakan pementasan seni dan budaya Lampung dan etnik lainnya juga rumah adat dijadikan tempat berfoto dengan menyewa pakaian adat Lampung bagi pengunjung yang datang ke Lampung.
Agenda kedepannya Kami dari Prodi Pendidikan Musik FKIP Unila yang telah mendapat restu dari tokoh adat menetapkan Teluk Betung sebagai Kota Tua Lampung yang disebut Malay window to the world dengan menggandeng Pemerintah Daeran Bandar Lampung dan Provinsi Lampung, Majelis Penyimbang Adat Lampung Kota Bandar Lampung dan Provinsi Lampung. Juga prodi lain di Unila seperti Prodi Pendidikan Tari, Pendidikan Bahasa Lampung, Perguruan Tinggi yang ada di Lampung, Sekolah-sekolah serta Peguyuban Pasundan Provinsi Lampung dan lain sebagainya. (rls/Iis)