Viral Transplantasi Jantung Babi ke Manusia, Epidemiolog Sebut Bisa Timbulkan Wabah Baru

Bahaya transplantasi jantung babi ke manusia. (Foto: Freepik.com)

radarcom.id – Dunia medis dikejutkan dengan kabar bahwa tim dokter dari Amerika Serikat yang berhasil melakukan transplantasi jantung babi ke manusia. Hal itu dilakukan kepada seorang pria bernama Lawrence Faucette yang berusia 58 tahun.

Lawrence sendiri mengalami penyakit jantung stadium akhir, ditambah memiliki penyakit pembuluh darah perifer yang sebelumnya sudah ada dalam tubuhnya. Dia melakukan hal tersebut bukan tanpa alasan, adanya komplikasi dengan pendarahan internal membuat dirinya tidak memenuhi syarat untuk melakukan transplantasi jantung tradisional.

banner 300600

Lantas apakah aman bagi kesehatan jika manusia menggunakan jantung babi sebagai penggantinya? Terkait hal tersebut Dokter sekaligus Epidemiolog dan Peneliti Indonesia dari Universitas Griffith Australia, dr Dicky Budiman memberikan risiko yang terjadi jika hal tersebut dilakukan.

“Hal-hal seperti ini sebetulnya mengalami potensi risiko ya, karena disebut xenotransplantasi, atau artinya dari hewan ke manusia. Ini artinya bukan tanpa resiko, banyak sekali risiko dan bisa sangat serius ya,” kata dr Dicky Budiman kepada Okezone.com, Selasa (26/9/2023).

Menurutnya, karena tindakan tersebut akan membawa penyakit atau virus yang sebelumnya berada pada hewan, dan berpindah menginfeksi manusia menyebabkan seseorang dapat meninggal dunia.

“Adanya virus yang menginfeksi recipient, faktor inilah yang berisiko seseorang terkena bahaya. Karena ini dapat menjadi wabah baru yang nanti bisa lebih serius, dan lebih sulit diatasi,” ucap dr Dicky.

Hal itu disebabkan secara tidak langsung manusia seperti mengundang patogen, yang berada pada hewan tersebut untuk masuk ke dalam tubuh manusia, dan akhirnya berkembang biak. Bahkan dapat dikatakan, penularan tidak hanya terjadi pada bagian organ saja, tetapi dapat membawa risiko lain.

Dia menyarankan perlu dilakukan pertimbangan serius untuk melakukan hal tersebut. Meski sebetulnya dasar para ilmuan melakukan riset transplantasi tersebut ialah adanya kemiripan serta ukuran yang sama, selain dibalik mahalnya biaya melakukan tindakan tersebut. (rci/rci)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *