Dr. Andi Surya: Tidak Tulis Skripsi Bukan Berarti Mahasiswa Harus Kehilangan Konsepsi

radarcom.id – Baru-baru ini Menteri Nadiem mendeklarasi, Program Strata Satu tidak perlu membuat skripsi dalam penyelesaian studinya, dengan latar belakang program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka), dianggap mahasiswa telah mendapat pengetahuan baru melalui pengalaman magang di dunia luar kampus, mengerjakan prototipe, proyek, atau sejenisnya sebagai pengganti skripsi, bahkan mahasiswa bisa melakukan tugas-tugas lain yang diarahkan dosen dalam kaitan penguasaan ilmu yang dilakukan dalam praktek lapangan.

Dr. Andi Surya, Ketua Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi swasta (ABPPTSI) Lampung, menanggapi kebijakan Menteri Nadiem ini, menyatakan kebijakan ini harus dilihat dalam perspektif Nadiem sebagai seorang Menteri Pendidikan berlatar dunia usaha, enterpreneurship dan profesional teknologi informatika, sebutnya.

banner 300600

“Nadiem adalah seorang technopreneur yang melihat pendidikan dari sisi bagaimana manusia dapat berkembang dan mandiri melalui kemampuan menguasai dan mengeksploitasi teknologi atau keahlian tertentu untuk kehidupan”, lanjut Andi Surya yang juga Ketua Yayasan Universitas Mitra Indonesia (UMITRA).

“Memang benar bahwa manusia belajar melalui perguruan tinggi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, namun jangan lupa bahwa ilmu pengetahuan itu ada dua, yaitu; ilmu-ilmu murni dan yang bersifat ilmu terapan”, sambungnya.

“Ilmu murni dipelajari secara akademik menguasai pengetahuan ‘basic science’ atau ‘natural science’ kepada mahasiswa, yaitu konsep-konsep teori dalam suatu rumpun atau cabang ilmu dan mengembangkan lebih lanjut melalui teori-teori baru, sementara ilmu terapan merupakan aplikasi dari teori dan prediksi ilmiah ke dalam masalah praktis seperti di bidang engineering atau teknologi”, urai Andi Surya.

Andi Surya mengkritisi, masalahnya apakah kampus melalui tenaga pengajar mampu melakukan transformasi kedua segmen ilmu pengetahuan itu sehingga mahasiswa menguasai dalil-dalil teori ilmu murni dan konstruksi ilmu-ilmu terapan secara praktis, lisan maupun tulisan yang bernas ilmiah terhadap ilmu-ilmu yang sudah dipelajari dalam mata kuliah dan program studi yang digeluti.

“Bagaimana pun bentuk transformasi ilmu itu adalah wujud dari kemampuan mahasiswa berpikir. Sementara membuat skripsi adalah upaya membuat konsep ilmiah berupa tulisan yang terstruktur dengan kaidah-kaidah metode penelitian berdasar pengamatan yang dihubungkan dengan dalil teori dan dirangkai dalam konsepsi tulisan ilmiah bermutu”, sebut Andi Surya.

Saya yakin, kemampuan ilmu mahasiswa tidak hanya diukur dari keahlian menguasai ilmu dan menerapkannya dalam kehidupan sesungguhnya di dalam masyarakat, “mahasiswa tentu harus pula mampu berpikir logis dan menuangkannya dalam bentuk tulisan, maka disitulah pentingnya mengapa mahasiswa S1 wajib membuat skripsi”, sambung Andi Surya.

“Jika mahasiswa hanya diberi ilmu dan berpikir logis dan teknis namun tidak mampu menuangkan dalam bentuk tulisan yang terstruktur, maka mahasiswa akan kehilangan orientasi keilmuan ketika berhadapan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi di dunia kerja”, tegas Andi Surya, yang juga mantan Anggota DPD RI dan DPRD Lampung ini.

Sebagai contoh, seorang lulusan S1 ilmu bisnis tentu dituntut kemampuan marketing, promosi dan penjualan, wajib menyusun strategi bisnis, dan itu harus diformulasi dalam konsep tulisan agar bisa menjadi arah strategi bisnis dan pedoman bagi siapa saja yang menjadi tim, jelasnya. “Bayangkan saja jika dia tidak mampu menulis, menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan, maka dia akan kesulitan untuk mentransformasi strategi bisnis menjadi operasi lapangan yang harus dipedomani tim kerja”, jelas Andi Surya.

Dilanjutkannya, saya setuju saja jika mahasiswa S1 tidak perlu membuat skripsi, namun mahasiswa harus dilatih untuk menulis konsep agar ketika membuat strategi di dunia kerja, dia mampu berpikir dan menganalisa serta menuangkan dalam bentuk tulisan sebagai tuntunan pekerjaan.

“Maka tulisan yang berkonsep itulah yang akan menjadi pedoman bagi dia untuk melanjutkan profesi dan keahliannya, termasuk juga tulisan itu akan dibaca oleh orang lain dan dapat menjadi arah dan tujuan organisasi jika dia bekerja dalam tim”, tutur Andi Surya menutup pembicaraan. (*rci)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *