HTML Image as link Qries

Pengertian Coping Stres dan Bagaimana Mahasiswa Bisa Menerapkannya

Illustrasi

radarcom.id – Manusia selalu beraktivitas setiap harinya, mulai dari tidur, bangun tidur, bekerja, dan lain-lain.

Aktivitas tersebut kita jalani untuk memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari dari berbagai aspek, seperti ekonomi, sosial, dan lain-lain.

banner 300600

Dalam aktivitas tersebut, ada beberapa yang kita dengan sukarela mengikutinya, namun ada juga yang karena terpaksa menjalaninya, salah satunya adalah bekerja.

Bekerja di sini memiliki arti aktivitas fisik atau pikiran dalam menyelesaikan sesuatu, dan jika selesai sesuai dengan yang diinginkan, akan mendapat imbalan berupa balas jasa dalam bentuk gaji.

Banyak mahasiswa yang memilih untuk kuliah sambil bekerja. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, namun juga di negara luar baik negara berkembang atau negara maju yang telah mapan secara ekonomi.

Fenomena ini juga didorong dari berbagai faktor, salah satu faktor yang sering ditemukan adalah faktor ekonomi.

Sebagian mahasiswa yang memiliki masalah dalam keuangan dimana mereka memiliki keterbatasan biaya untuk kuliah, mereka harus bekerja untuk mengatasi masalah tersebut.

Dalam hal ini, mahasiswa mendapatkan berbagai tantangan atau tuntutan baik di dunia kerja atau dunia perkuliahan.

Mereka dituntut memiliki energi lebih untuk mengelola kehidupan mereka, seperti mengelola waktu, mengelola tanggung jawab, menyelesaikan tugas antara di kampus dan tempat kerja, dan yang lainnya.

Hal inilah yang nantinya menjadi pemicu untuk mahasiswa mengalami stress.

Apa itu stres?

Sebelum masuk lebih lanjut, penulis akan membahas terlebih dahulu yang dimaksud dengan stress.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, stres didefinisikan sebagai gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor eksternal; ketegangan.

Beberapa ahli mendefinisikan stress dengan berbeda-beda. Robbins (2001) menyatakan bahwa stres adalah suatu kondisi yang menekan keadaan psikologis seseorang untuk memperoleh kesempatan ketika ada keterbatasan atau hambatan untuk memperoleh kesempatan itu.

Weinberg dan Gould (2003) mendefinisikan stres sebagai ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikologis) dan kemampuan untuk memenuhinya.

Kegagalan untuk memenuhi kebutuhan ini memiliki konsekuensi yang krusial.

Menurut Greenberg (2002), stres adalah suatu peristiwa yang cukup parah untuk meninggalkan seseorang dalam keadaan tidak berdaya dan menimbulkan efek negatif seperti pusing, tekanan darah tinggi, lekas marah, sedih, sulit berkonsentrasi, nafsu makan meningkat, masalah tidur atau terus merokok.

Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa stress adalah situasi dimana seseorang mengalami tekanan yang berasal dari faktor internal dan eksternal yang dapat memengaruhi kondisi fisik dan mental seseorang.

Setiap manusia pada dasarnya akan memberikan respons terhadap tuntutan yang datang padanya, dan akan berusaha untuk mengatasi stress yang dialaminya.

Sumber stress kerja menurut Sharbarq (2003) berasal dari pekerjaan, masalah peran, hubungan interpersonal, kesempatan pengembangan karir, dan struktur organisasi.

Dalam ketidakberdayaan, manusia akan berada di titik lemah sehingga bisa menimbulkan tekanan yang berasal dari dalam dirinya, dan jika sudah melampaui batasnya maka dapat memunculkan dampak negatif.

Seorang mahasiswa yang bekerja terbebani jika adanya aktivitas di tempat kerja dan kuliah bertabrakan.

Sumber stres pada mahasiswa yang bekerja disebabkan karena tuntutan lingkungan yang jika mereka tidak memenuhinya maka akan ada hal yang ditakutinya akan terjadi yaitu takut kuliahnya terganggu di satu sisi dan takut kehilangan pekerjaan yang sudah dijalaninya selama ini di sisi yang lain.

Untuk menghadapi tekanan dan tantangan tersebut, setiap individu memiliki kekuatan beserta kebutuhan, kemampuan, minat, cita-cita, kualitas, karakteristik, sikap, keyakinan atau penilaiannya masing-masing.

Menurut Stoltz (2000), salah satu dari banyak kekuatan individu adalah sejauh mana individu menahan kesulitan dan kemampuan individu untuk mengatasi kesulitan.

Jika seseorang mampu menanggung kesulitan dan mengatasi kesulitan, dia akan berhasil dalam hidup.

Apa yang dimaksud dengan Coping Stres?

Coping stress adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengelola tuntutan-tuntutan baik internal maupun eksternal untuk menangani dampak stres berupa efek fisiologis, emosional, kognitif, interpersonal, dan organisasional.

Menurut Greenberg (2002) ketika individu dihadapkan pada kondisi yang menimbulkan stres maka individu itu terdorong untuk melakukan perilaku coping.

Coping dapat membantu untuk mengubah persepsi individu atas pertentangan dalam kondisi stress.

Stres merupakan kondisi yang dialami oleh banyak orang. Kondisi ini bisa timbul di setiap saat. Seorang manusia perlu memiliki strategi coping untuk menghadapi situasi yang menekan dan dapat menimbulkan stress.

Coping yang efektif adalah coping yang membantu seseorang untuk menerima situasi tertekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikendalikannya (Lazarus dalam Davison, 2004).

Menurut Lazarus (Davison, 2004), terdapat dua jenis strategi coping, yaitu problem focused coping dan emotional focused coping. Problem focused coping digunakan untuk mengurangi stressor, seseorang mempelajari cara atau keterampilan baru untuk mengatasi stressor, individu cenderung mengubah strategi ini bila dirinya yakin dapat mengubah situasi.

Emotional focused coping memungkinkan seseorang untuk melihat sisi baik dari suatu kejadian, mengharap pengeritian orang lain, atau melupakan sesuatu yang berkaitan dengan hal yang telah menekan emosinya walau hanya bersifat sementara.

Hal ini terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh (Lubis. R, dkk. 2015) menyatakan bahwa strategi coping yang dilakukan oleh lima orang mahasiswa adalah bersikap terbuka dengan rekan dan keluarga, asertif kepada atasan, dan melihat masalah secara lebih positif.

Teknik yang dapat dilakukan untuk implementasi problem focused coping menurut Carver (dalam Silvana, 2012) adalah seperti menghadapi masalah secara aktif, perencanaan menghadapi stressor, mengurangi aktivitas persaingan, pengendalian diri, dan mencari dukungan sosial. Sebagai mahasiswa problem focused coping dapat dilakukan dengan menyusun jadwal lebih ketat, meminta nasehat dari orang terdekat, dan mengerjakan tugas tanpa ditunda.

Emotional focused coping dalam penerapannya dapat dilakukan beberapa teknik, yaitu teknik perenungan dengan memikirkan perasaan kita dan teknik pengalihan dengan tujuan menjauhkan diri dari stressor.

Hal ini bisa dilakukan oleh mahasiswa dengan tidak membesar-besarkan masalah, mengeluarkan emosi yang tersimpan, berpikir positif, dan mengendalikan emosi yang dialami.

Gesit Waskito Wicaksono

 

Aktivis Persma Eryhtro FK UNS

 

(Sumber: okedukasi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *