Dapatkah Gamal Menyelamatkan Lahan Kritis?

Gamal

Penulis: Bainah Sari Dewi, Gunardi Djoko Winarno, Puspa Hartati, Popi Triastuti, Sugeng P. Hariyanto

Pascasarjana Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

banner 300600

Lahan kritis merupakan lahan yang fungsinya kurang baik sebagai media produksi, meliputi tumbuhnya tanaman budidaya maupun non budidaya (UU No.37 Tahun 2014). Sebagian besar lahan pertanian di Indonesia merupakan lahan kering. Berdasarkan data statistik Lingkungan Hidup Provinsi Lampung tahun 2018 Provinsi Lampung memiliki luas lahan kritis 403.910 ha yang Sebagian besar berada di luar kawasan hutan dengan topografi miring dan masih digunakan sebagai lahan pertanian.

Pertanian konservasi pada hakikatnya adalah suatu budidaya pertanian yang menekankan manfaat lahan semaksimal mungkin sepanjang tahun dengan memperhatikan kaidah-kaidah atau teknik konservasi. Tujuan utama pertanian konservasi adalah mencegah kerusakan tanah, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas maupun kesuburan tanah. Usaha konservasi tanah yaitu dengan cover crop atau tanaman penutup tanah yang berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan produktivitas tanah (Agrisatrana,1997).

Dalam kegiatan konservasi tanah dan air selain diterapkan metode teknik sipil seperti pembuatan bangunan-bangunan teras, dam pengendali dan saluran pembuangan air, metode vegetative yang biasa digunakan adalah tanaman ganda (multiple cropping), pertanaman campuran (mixed cropping), pertanaman tumpeng sari (inter cropping), pertanaman garis (alley cropping) dan lain lain.

Dalam usaha konservasi tanah yang kritis diperlukan pemilihan jenis tanaman yang tepat karena akan sangat berpengaruh dalam mengembalikan unsur hara. Pola tanaman yang diterapkan pada lahan kritis dalam mengembalikan unsur hara, salah satunya yaitu dengan pemilihan keanekaragaman jenis tanaman (poli kultur). Poli kultur adalah penanaman jenis tanaman dalam jangka waktu yang sama ataupun berbeda pada lahan yang sama.

Jenis tanaman semusim yang ditanam pada area lahan miring yang dapat ditanam antara lain seperti Leguminocae seperti gamal (gliserida sepium), turi (sesbania grandiflora), kaliandra merah (Calliandra calothursus), orok-orok (Flemingia congesta), lamtorogung (leuceana leucocephala), atau semak contohnya rumput gajah (Pennnisetrum purpureum). Pemilihan jenis tanaman dari famili Leguminosae ini selain sebagai penguat teras juga sebagai penyubur dan penguat tanah, sehingga jenis yang ditanam mampu melindungi tanah, merehabilitasi tanah yang rusak, dan meningkatkan produktivitas lahan.

Menjawab pertanyaan di atas mampukah Gamal menyelamatkan lahan kritis?

Gamal merupakan tanaman dapat memperbaiki sifat fisik tanah dengan merubah komposisi fraksi butir pada tanah. Bongkahan batu yang memiliki ukuran beragam akan dihancurkan oleh akar tanaman. Akar tanaman gamal masuk melalui retakan-retakan kecil di antara bebatuan yang semakin lama akar tersebut akan semakin membesar dan mampu meberikan tekanan pada batuan menjadi batuan dengan bagian-bagian yang lebih kecil. Cekaman akar terhadap batuan akan membuat retakan-retakan yang semakin lama semakin besar. Retakan tersebut membuat air dapat masuk kedalam batu dan akan mempercepat proses pelapukan lebih cepat. Pada waktu yang lama, proses ini akan dapat mempengaruhi tekstur tanah menjadi lebih halus.

Tanaman gamal yang merupakan tanaman leguminose memiliki potensi pendukung kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen. Ada area perakaran ditemukan organisme hidup seperti cacing (Lumbricus sp.), semut (Oepochylla sp.), kumbang tanah, dan lipan (Scolopendra sp.). Aktivitas organisme tersebut akan membantu proses perubahan fisik tanah seperti memperbaiki struktur tanah, aerasi, dan lain-lain. Seiring dengan berjalannya waktu, perbaikan kondisi fisik tanah akan berdampak pada perbaikan sifat kimia dan biologi tanah. Eksudat akar tanaman gamal akan menjadi perantara antara tumbuhan dan mikroba di sekitar rizosfer. Populasi mikroba tanah dalam rizosfer ini akan mempengaruhi proses biogeokimia seperti siklus hara (Badri dan Vivanco, 2009), dan dengan begitu Gamal merupakan jenis tanaman yang mampu memperbaiki tanah yang kritis menjadi tanah yang kaya unsur hara dan dapat menyuburkan tanah.

Pemilihan jenis tanaman dari famili Leguminosae seperti Gamal (gliserida sepium) dilahan kritis selain sebagai penguat teras juga sebagai penyubur dan penguat tanah, sehingga jenis yang ditanam ini mampu melindungi tanah, merehabilitir tanah yang rusak, dan meningkatkan produktivitas lahan. Namun dalam pengelolaan lahan yang baik tentunya tidak hanya memperhatikan aspek ekologisnya saja namun harus juga memperhatikan aspek-aspek sosial ekonominya, maka dengan pengelolaan lahan yang seimbang tentu dapat terciptanya manfaat dan hasil yang maksimal, lestari dan berkelanjutan. Sehingga keadaan lahan kritis dapat diperbaiki dan hasil produksi tanaman lebih tinggi. (rci/rci)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *