HTML Image as link Qries
Opini  

A Coffee Shop, Sebuah Bisnis dan Passion

Apriyan Sucipto Kopi
Apriyan Sucipto Kopi

“Sebesar apapun passion dalam menggeluti suatu usaha akan berhenti bahkan pupus, tanpa pembelajaran terus menerus untuk menjadi suatu bisnis yang mapan.”

Ini adalah cerita tentang merintis usaha, dan beberapa hal yang jadi “lesson learned”.

banner 300600

“Sebuah tujuan hidup tidak otomatis ada sejak kita dilahirkan, juga bukan suatu hal yang kita baru saja lakukan. Tujuan hidup itu datang dengan sendirinya, saat kita mulai melangkah, dan perlahan kita menemukannya.”

Alex Cattoni.

Suatu ketika sebelum bisnis kopi menjadi tren dan menjamur dimana-mana, seorang kawan mengajak saya ke sebuah warung kopi, kopi hitam disajikan dengan metode seduh manual “tubruk” yang diolah secara mandiri dari biji kopi lokal.

Belakangan saya mengetahui kalau warung kopi itu khas daerah Jawa Timur, yaitu dari kebiasaan para pembelinya yang setelah meminum habis kopi mereka, lalu ampas nya dioleskan ke sebatang rokok.

Kala itu, mayoritas tempat nongkrong masih menyajikan kopi kemasan sachet yang dijual di pasaran.
Sehingga popularitas warung kopi yang seperti ini langsung menarik untuk dijadikan tempat nongkrong.

Buka 24 jam full, tempatnya para insan yang susah tidur malam, dan entah kenapa imsonia begitu tren.

Malam itu saya ingat pasti, belum habis kopi yang hanya ukuran cangkir kecil, tapi efeknya membuat badan saya berkeringat dingin, perut kembung, lidah terasa asin, dan mulai melayang. detik itu saya menghindari kopi hitam. (part Yogya Story / 2002)

Budaya, Kumpul kumpul tapi nggak pake Kebo, heehe….. ketemuan dengan teman teman sekolah, janjian nongkrong di Kedai kopi milik sahabat ya jelas..

Kami menikmati kopi menu andalan di warung kopi “Keiko Bahagia” Disingkat KB, Canda gurau, tanya kegiatan sampai info lowongan pekerjaan. Masing-masing observasi dan riset pengalaman hidup, bertukar pengalaman hingga tak terasa semalaman kita disitu. (2005/6)

Kang Asep Tukang Jemur Kopi
Asep Gorbachev asli Medan tapi lancar sekali bahasa daerah Sunda nya. Beliau adalah tetangga di Komplek Perumahan Susun kesamping milik (Pemda) disebut (Barak Pemda Atas) diketahui si Asep ini, saya kenal merupakan Petani Kopi yang sukses mempelajari dan memperaktikan tentang bagaimana mengolah kopi, dan menyajikan minuman kopi terbaik.

Dengan metode yang diajarkan, saya menyelami tradisi-tradisi dalam menikmati kopi, saya pun mengerti, layaknya komoditas, kopi juga memiliki grade, dari produksi yang asal-asalan hingga kopi yang terjaga kualitasnya.

Dan pastinya, yang asal-asalan lah yang bikin puyeng, Alhasil Lambung saya pun bermasalah… Hehehehe. (2017/18)

Waktu berselang dan bisnis kopi makin ramai, tak cuma kopi, komoditas lain pun ikut terlibat. Suatu ketika saya di ajak Mas Agus salah satu Pimred Media di Lampung, untuk mampir ke warung kopi milik ya..bisa dikatakan Priyayi di Provinsi Lampung. Di satu titik saya pun bersentuhan lagi dengan kopi, yang biasanya teknik dan penyeduhan biasa biasa saja, Namun kali ini saya bersentuhan dengan teknik dan jenis yang lain, Robusta Espresso.

Sulit bagi saya untuk menggambarkan betapa terpesona ketika itu, jantung terasa berdebar, masih ragu untuk menyeruput satu gelas espresso 30 ml, hingga sesaat saya merasa yakin. (2020)

Kebutuhan akan eksistensi seiring bekembangnya media sosial, menjadikan hang-out bareng temen. Kemudian seperti sebuah rutinitas setelah senja atau sepulang kerja. Maka mereka memerlukan ruang, untuk diskusi, ghibah, loba lobi, bisnis coffee shop adalah jawabannya. (*)

 

Apriyan Sucipto, SH, MH.

(Pemerhati Konservasi Lingkungan Hidup)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *