HTML Image as link Qries

Mayoritas Kematian Pasien Covid-19 karena Komorbid, Apa Saja yang Harus Diwaspadai?

lustrasi virus corona covid-19/photo copyright by Shutterstock
lustrasi virus corona covid-19/photo copyright by Shutterstock

radarcom.id – Kasus kematian pada pasien positif Covid-19, sebagian besar terjadi pada orang yang mempunyai penyakit bawaan atau komorbid. Laporan terbaru yang dikeluarkan CDC, menunjukkan bahwa 94 persen kasus kematian Covid-19 di Amerika Serikat terjadi pada pasien dengan komorbiditas atau mempunyai penyakit penyerta. 

Dilansir dari kompas.com, epidemiolog Dicky Budiman mengatakan fenomena ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, melainkan juga di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

banner 300600

“Katakanlah di Jawa Timur. Angka kematiannya cukup tinggi, itu 90 persennya dengan penyakit penyerta atau komorbid,” kata Dicky, Senin (31/8/2020).

Dia menambahkan, salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta, lebih dari 80 persen pasien positif terinfeksi virus yang meninggal dunia, merupakan pasien komorbid.

Dicky menjelaskan, orang-orang yang mempunyai penyakit bawaan, penyerta atau komorbid, merupakan kelompok yang paling berisiko. Selain risiko terinfeksi virus, juga terdapat risiko kondisi orang dengan penyakit penyerta yang terinfeksi virus corona menjadi semakin parah.

“(Orang-orang tersebut) menempati hierarki paling tinggi dalam risiko, baik terinfeksi maupun untuk menjadi kritis dan meninggal,” ujarnya. Dicky juga menyebut, kelompok yang masuk dalam kategori rawan tak hanya orang dengan komorbid, melainkan juga orang usia lanjut (lansia). “Mereka (orang dengan penyakit komorbid dan lansia) harus benar-benar dilindungi dan melindungi dirinya,” tutur Dicky.

Adapun perlindungan dapat berasal dari pemerintah dan kondisi sekitar, termasuk perlindungan dari keluarga. Perlindungan dari pemerintah dilakukan melalui pelacakan dan pengetesan terhadap kasus Covid-19. Baca juga: Gugus Tugas: Komorbid Jadi Penyebab Tingginya Kasus Fatal Covid-19   Sedangkan, pihak keluarga di sekitar kelompok rentan harus terus menerapkan prinsip pencegahan.

“Pemerintah melalui tracing-testing yang mumpuni sesuai indikator global,” kata dia. Hal yang tak kalah penting, setiap orang yang bertemu dengan kelompok rentan ini haruslah diminimalisasi.

“Tetap dijaga jarak dan segala macam, walaupun itu orangtua sendiri, saudara sendiri. Kita harus ikut berkontribusi melindungi mereka,” ujar Dicky.

Jika sekali saja kelompok rawan tersebut terpapar virus, maka akan dengan sangat mudah untuk jatuh pada kondiri kritis dan kemungkinan mengalami kematian.

Obesitas

Selain itu, Dicky juga menuturkan, orang-orang dengan obesitas atau kegemukan juga masuk dalam kelompok rentan. Penderita obesitas mempunyai dua risiko sekaligus dibandingkan orang dengan penyakit penyerta atau komorbid.

“Obesitas dalam hal ini memiliki dua risiko sekaligus. Paling mudah sekali terinfeksi, paling mudah juga mengalami kondisi kritis dan meninggal,” tuturnya.

Usia muda

Kendati demikian, Dicky mengingatkan bahwa masih ada kurang lebih 10 persen dari kasus kematian Covid-19, terjadi pada orang yang tidak mempunyai penyakit penyerta atau komorbid. “Artinya tidak bisa yang merasa muda, merasa tidak mempunyai penyakit penyerta, tidak bisa merasa aman,” ujarnya.

Orang-orang yang tidak masuk kelompok rentan pun tetap harus melakukan upaya pencegahan, menjaga diri, dan menjaga keluarganya, dengan setidaknya menerapkan protokol kesehatan. “Termasuk masyarakat tidak boleh abai dengan banyak bepergian atau kumpul-kumpul dan menganggap pandemi Covid-19 tidak serius,” kata Dicky.

“Karena virus SARS-CoV-2 setia pada hukum biologi dalam proses penyebarannya yang berpola eksponensial,” lanjutnya. (rci/rci)

 

 

Sumber: kompas.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *