HTML Image as link Qries

Ramadhan dan Strategi Menghadapi Ujian Pandemi Covid-19

Oleh : Ir. Heri Budianto, MT

(WAKET II STSQABM, Muhajirun, Natar, Lampung Selatan)

banner 300600

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah [2]: 183)

Para ulama banyak menghubungkan antara Puasa Ramadhan dengan kesabaran.

“Puasa itu separuh dari sabar”.  (H.R At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi)

Ahmad Mustafa Al-Maraghi menukil hadits ini menguatkan tafsir ayat di atas. Ia mengatakan,
” Sesungguhnya Allah mewajibkan kalian berpuasa adalah agar kalian mempersiapkan diri untuk bertaqwa kepada Allah dengan jalan menjalankan perintah dan mencari pahala di sisi-Nya”.

Sabar adalah aktifitas dinamis yang dilakukan oleh seorang hamba mengibadahi Allah yaitu: Sabar melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala; sabar dalam meninggalkan hal-hal yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala; dan sabar dalam menghadapi takdir-takdir yang tidak sesuai dengan keinginan manusia”. Ketiga macam sabar ini, seluruhnya terkumpul dalam satu ibadah  puasa karena dengan puasa, kita harus bersabar dalam menjalankan ketaatan dan bersabar dalam mengekang semua keinginan syahwat yang diharamkan bagi orang yang berpuasa, serta bersabar dalam menghadapi beratnya rasa lapar, haus dan lemahnya badan yang dialami oleh orang yang sedang berpuasa.
Secara bahasa, shaum dan sabar memiliki kesamaan arti, yaitu  اَلْاِمْسَاكُ  Al-Imsak ( menahan diri). Puasa mengasah mental kita agar terlatih dan terbiasa menghadapi ujian ujian dari Allah sehingga merasa nikmat dan ringan menjalaninya. Karena sabar yaitu tetap bertahan dalam kebenaran walaupun mengalami penderitaan- penderitaan. Persamaan yang mencolok antara puasa dan sabar yaitu keduanya mendapatkan pahala tanpa batas dari Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS. Az-Zumar [39]: 10).

Sedangkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam bersabda:

“Segala amalan kebaikan anak Adam dilipatgandakan pahalanya dengan 10 hingga 700 kali lipat. Allah berfirman,: Kecuali puasa, puasa itu untukku dan Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya”.  (H.R Muslim).

Selama puasa Ramadhan, kesabaran dan ketahanan mental individu dan sosial benar benar akan diuji Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apakah kita tetap merasa ringan mengeluarkan sedekah untuk memberi buka orang lain padahal ekonomi sulit, Apakah kita masih konsisten melaksanakan shalat lima waktu dan shalat sunnah yang lain ketika fisik kita lemah, Apakah kita tetap semangat dan disiplin bekerja di tengah lapar dan dahaga yang mendera,. Apakah pikiran pikiran kotor yang selama ini ada mampu kita hilangkan di bulan Ramadhan. Dimana semua dapat merusak amalan puasa kita.

Ramadhan kali ini sarat dengan nilai-nilai kesabaran yang sangat kita perlukan untuk melatih mental kita, agar siap menghadap Allah dalam kedaan husnul Khotimah (Sabar). Yaitu dengan hadirnya ujian Pandemi Covid 19 yang melanda seluruh dunia. Protap yang harus dipakai seorang beriman agar selamat dan sukses dalam menghadapi setiap musibah dijelaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Quran:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wainna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al-Baqarah [2]: 155-157).

Rangkaian ayat ini merupakan tuntunan komprehensif dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menghadapi musibah. Pointer yang kita bisa ambil dari ayat diatas yaitu bahwa setiap manusia tidak mungkin lepas dari musibah. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengisyaratkan agar manusia tetap berpikir positif dalam menghadapi musibah karena walaupun sebesar apapun musibah yang dirasakan, itu masih lebih sedikit dibanding besarnya rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada manusia.Di samping itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyatakan bahwa manusia akan keluar dari musibah itu asal mereka sabar menghadapinya.
Dengan kesabaran, segala kesedihan dan dampak dari segala musibah itu akan dapat diatasi.

Bersyukurlah kita menjadi Muslim karena mempunyai solusi jitu bila menghadapi musibah yaitu Mengembalikan segala musibah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika musibah datang, ia akan mengucapkan istirja. “Sesunguhnya kita semua milik Allah dan akan kembali kepada-Nya”.

Ucapan yang sangat menghibur hati ini lahir karena kesadaran bahwa diri kita dan apa yang kita miliki selama ini, Keluarga dan harta 100% milik Allah dan dititip sebentar saja, kapan Allah menghendaki diambil kita harus ikhlas mengembalikan karena kita bukan pemiliknya.
Kita hanya diuji apakah selama dititipkan dijaga dan diarahkan sesuai dengan yang dikehendaki Allah sebagai wujud syukur nikmat atau sebaliknya titipan tadi semakin menjauhkan kita dari Allah atau kufur nikmat. Ucapan istirja tadi juga menjelaskan secara tegas tempat kembali dan berpulangnya kita nanti kepada Allah Sang Khalik pencipta kita. Seseorang pasti akan meninggalkan dunia ini, untuk kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seorang diri, sama seperti dahulu ia dilahirkan dan diciptakan, tanpa sanak saudara, tanpa harta dan tanpa keluarga. Setelah ia mati, yang dibawanya hanyalah amal kebaikan dan keburukan. Jadi darimana kita, untuk apa kita berada diatas bumi ini dan kemana akhir hidup kita hanyalah untuk menguji siapa yang paling baik amal di hadapan Allah nanti. Jadi sangat tidak pantas bila kita terlalu bangga atas sesuatu anugrah dari Allah di dunia ini dan sangat sedih bila mendapat musibah (kehilangan sesuatu) karena ini suatu kepastian.

Orang orang yang sabar menghadapi ujian akan mendapat kabar gembira dari Allah yaitu Shalawat (anugerah) berupa perlindungan total dari Allah dan pengampunan dosa dosanya, Rahmat (kasih sayang) berupa kasih sayang dari Allah yang tidak pernah putus sepanjang hidup bahkan setelah meninggal dunia dan terakhir Hidayah yaitu berupa petunjuk dari Allah sehingga dapat mengatasi musibah tersebut.

Setelah mengetahui dasar dasar agar mental kita kuat dalam menghadapi ujian secara umum, khusus untuk pandemi covid 19 ini ada beberapa strategi yang harus kita persiapankan agar sukses dunia akhirat dalam menghadapinya yaitu :

Beriman kepada takdir Allah

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. Al-Hadid: 22).

Apabila takdir (ketetapan) Allah itu pasti terlaksana, meski manusia itu rela atau tidak, bersabar atau tidak. Maka dari itu, kesabaran adalah sikap terbaik dalam menghadapinya sehingga perasaan manusia akan menjadi lapang serta mendapatkan pahala dari Allah karena kerelaan menerima takdir yang berlaku pada dirinya tersebut.

Saling salah dan menyalahkan seperti yang terjadi antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump, WHO dan China. Bahkan Trump memutuskan untuk menghentikan sementara bantuan dana ke Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, karena menuding organ PBB itu salah kelola dalam penanganan wabah virus Corona. Adalah gambaran bagaimana mereka tidak memiliki kepercayaan pada takdir Allah.

Optimis Selalu ada jalan keluar

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah; barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya”(QS. At-Taghabun :11)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(QS. Al- Baqarah : 286)

Berbaik sangka karena Allah akan memberikan kebaikan.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah : 216)

Tetap membiasakan baca Quran dan zikir pagi petang

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’du: 28)

5.. Jangan khawatir Rezki Walapun Stay di Rumah

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (QS. Ath-Thalaq: 2-3).

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (QS. Hud: 6)

6. Mohon pertolongan kepada Allah

“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)”. (QS. Al-A’raf[7]: 126)

7. Meneladani Orang-orang yang Bersabar

“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu”. (QS. Al-An’am [6]: 34)

Ayat ini merupakan sebagian ayat untuk menghibur Nabi Muhammad Shallallahu alahi wa salam dan orang-orang yang beriman bahwa pendustaan dan gangguan itu bukan hal yang baru dalam sejarah para Rasul dan penegak kebenaran. Begitu juga yang sedang kita alami di masa pandemic Covid 19, dimana berita berita hoaks menakut nakuti selalu bertebaran di medsos, hadirnya tiori konspirasi yang akan menghancurkan kehidupan diatas bumi ini dan lain lain narasi yang berusaha akan mengalihkan keyakinan kita seakan aka n ada kekuatan lain selain Allah dimuka bumi ini yang menghidupkan dan mematikan. Bila keyakinan kita setengah setengah akan terpengaruh. Dengan meneladani mereka yang bersabar, maka musibah yang menimpa akan terasa ringan dan kesabaran makin tertanam dalam jiwa.

8. Menjauhi perilaku yang merusak

Kesabaran,seperti marah, tergesa gesa, putus asa, dan masih melakukan kemaksiatan

Sebagai penutup mari kita memasuki bulan Ramadhan ini dengan penuh suka cita, dan sama sama bertaubat pada Allah atas segala dosa dosa yang pernah kita lakukan, serta saling memaafkan atas kesalahan baik yang disengaja maupun tidak kepada sesama manusia. Teriring doa agar Allah memberikan kesehatan sehingga kita bisa beramal sholeh secara maksimal pada bulan ramadahan tahun ini.

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
(QS. Az-Zumar : 53).

Wallahu A’lam
Dari berbagai sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *