HTML Image as link Qries

Soal Peringatan Dini Tsunami di Lampung, Ini Kata BMKG Stasiun Kotabumi

Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi Lampung Utara Anton Sugiharto, S.Kom. Foto Istimewa

radarcom.id – Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Kotabumi menyatakan bahwa tindakan peringatan dini (early warning) jika terjadi bencana tsunami sudah terintegrasi dengan BMKG pusat dan instansi lainnya.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi Lampung Utara Anton Sugiharto, S.Kom diwawancarai radarcom.id mengatakan, yang perlu dipahami adalah Lampung memang banyak potensi gempa bumi dan tsunami, namun meski begitu tak bisa diprediksi kapan akan terjadi gempa bumi.

banner 300600

Masyarakat, sambung dia, tetap harus waspada. Juga harus bisa belajar menghadapi sebelum terjadi gempa bumi, saat terjadi dan setelah gempa bumi. “Jadi dari mitigasinya yang perlu ditingkatkan kembali,” ujarnya, Selasa (2/10).

Terkait peringatan terjadinya tsunami, imbuh dia, memang dikeluarkan oleh pihak BMKG. “Kita yang keluarkan peringatan tsunami melalui Indonesia Tsunami Early Warning System (INATEWS). Namun, tentu melalui data yang akurat terintegrasi dengan BMKG pusat,” ungkapnya.

Mengenai perangkat deteksi dini tsunami di perairan Lampung, seperti tsunami buoy, menurutnya dulu sudah disepakati bahwa itu merupakan tanggung jawab bersama. Dalam hal ini melibatkan beberapa instansi lain seperti Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Kemenristek RI.

“Untuk peralatan pendeteksi tsunami seperti tsunami buoy yang dipasang di laut, itu dulu berada di bawah BPPT. Tetapi, prinsipnya kita bersinergi dalam hal tukar data. Semuanya terintegrasi ke BMKG pusat di Jakarta. Jika ada data yang bagus, maka akan dishare ke kami juga,” terangnya, Selasa (2/10).

Menurut Anton, selain dalam negeri, juga ada kerjasama dengan pihak lain seperti USGS Amerika. “Kerjasama seperti dengan USGS juga ada tapi itu di pusat,” bebernya.

Terkait kondisi Gunung Anak Krakatau yang sempat meningkat aktivitas erupsinya, Anton menyatakan pihaknya sampai saat ini mengukur arah dan memantau pergerakan debu vulkaniknya.

“Kami pantau arah dan pergerakan debu vulkanik, dan sampai sekarang belum mengganggu penerbangan di sekitar lokasi tersebut,” tandasnya. (rci/rci)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *