HTML Image as link Qries

Mengintip Kegiatan Volunter Asian Games 2018 Berhijab

radarcom.id – Volunter atau sukarelawan menjadi bagian penting Asian Games 2018. Mereka rela berangkat pagi buta dan pulang dini hari demi menyukseskan pesta olahraga bangsa-bangsa Asia itu.

Volunter ini memang tak turut bertanding. Mereka juga tak mendampingi atlet di pinggir lapangan untuk memberikan instruksi ini itu kepada atlet yang tengah bertanding.

banner 300600

Tapi, seluruh volunter itu bisa menjadi bagian dari Asian Games 2018 bukan tanpa syarat. Mereka harus melewati tahapan seleksi ketat dan proses yang cukup panjang.

Setelah bergabung dalam pelaksanaan Asian Games 2018, mereka juga harus siaga. Mereka harus menjalankan tugas sepenuhnya sesuai regulasi.

Ullya Humairoh, mahasiswi Universitas Sriwijaya (Unsri) semester V itu, mulai aktif sebagai volunter di salah satu departemen di Jakabaring sejak 10 Agustus. Dia bersama volunter lain pun harus rela meninggalkan kuliah.

“Tahapan seleksinya panjang, mulai dari mendaftar di akun INASGOC (panitia pelaksana Asian Games 2018) sampai kami dapat panggilan untuk psikotes. Setalah dinyatakan lulus beberapa tahap, panitia minta kami untuk ikut training selama 3 kali,” kata Ullya saat ditemui di dining hall Jakabaring, seperti dilansir detikcom, Rabu (15/8/2018).

Selama massa pelatihan, kata Ullya, volunter mendapatkan pembekalan cara melayani kebutuhan para atlet, ofisial, dan tamu Asian Games 2018. Termasuk pelatihan kekhususan sesuai dengan departemen masing-masing.

“Kebetulan saya di depertemen catering, saya di-training bagaimana saat atlet dan tamu datang. Termasuk mambantu atlet dari luar seandainya butuh bantuan,” kata Ullya.

“Nah, di sini yang sulit karena kami harus pakai bahasa Inggris. Bahkan, kadang ini ada juga atlet kurang menguasai bahasa inggris, jadi kami bingung sendiri,” Ullya menambahkan.

Namun begitu, Ullya, yang saat ditemui detikSport sedang berbincang dengan dua volunter lain, Tiya Fitriyanti dan Indah Lestari, bangga meskipun menemui berbagai kesulitan itu. Sebab, mereka bisa menjadi bagian dalam sejarah olahraga Asia setelah bersaing dengan ribuan orang untuk mendapatkan pengalaman berharga.

“Banggalah, ada ribuan orang yang ikut. Tapi hanya beberapa orang saja yang terpilih. Kami juga bisa belajar banyak disini. Mulai dari cara berkomunikasi sampai belajar bahasa asing,” ujar Ullya.

Untuk masalah kuliah, kata Ullya, dirinya telah mendapat surat izin INASGOC. Surat itu sebagai bekal dirinya mendapatkan dispensasi dari dosen dan pihak kampus selama menjadi volunteer hingga 5 September.

Terpisah, special staff to INASGOC President, Nirmala Dewi mengatakan di Palembang terdapat 2.000 volunteer yang tersebar di beberapa departemen. Mulai dari bandara sebagai pintu awal kedatangan hingga venue dan wisma atlet.

“Total volunter disini sekitar 2.000 lebih. Mereka tersebar di departemen sesuai kebutuhan. Volunteeer itu bukan hanya masyarakat Palembang, tetapi ada dari luar daerah yang ikut seleksi nasional,” kata Nirmala.

“Semua atlet harus stand by 24 jam, jadi memang tidak ada jam masuk karena ini sesuai departemen mereka. Bahkan jika di athlete village mereka harus siap kapan pun kalau atlet membutuhkan mereka,” Nirmala menambahkan.

Volunter itu, kata Nirmala, bertugas secara estafet mulai dari bandara hingga wisma atlet. Sehingga, setiap atlet selalu mendapat pendampingan dimanapun mereka berada.

“Sistem kerja mereka estafet, jadi atlet dari bandara sudah ada volunter, naik kereta juga volunter sampai para atlet tiba di wisma. Termasuk nantinya saat atlet mau bertanding juga ada volunter dibantu panitia pelaksana,” dia menjelaskan. (dtc/rci)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *